Minggu, 06 September 2009

Petualangan Laut

Jam 14.30 kulihat seorang pria kira - kira berumur 26-27 tahun sedang memperbaiki jala. Iseng saja aku bertanya untuk diapakan jala itu nantinya. Jawabnya sederhana saja, "nginso", sebuah bahasa lokal di kabupaten Bengkalis provinsi Riau untuk menangkap udang di pinggir pantai. Bentuknya seperti net dengan panjang maksimal 45 meter.

Pada kedua ujungnya diikatkan kayu untuk memudahkan menariknya. Pengerjaannya lumayan sulit, dua orang memegang ujung jala, satu orang mengelilingi tepian pantai kemudian menariknya kira -kira 20-25 meter, satu orang lagi memegang ujungnya sambil berjalan menyusuti pantai. Kemudian jala itu ditarik ke pantai agar udang atau ikan diambil dan dimasukkan ke dalam tempat yang telah disediahan, biasanya karung atau bakul dari rotan.

Langsung saja aku menawarkan diri untuk terlibat dalam kegiatan ini. Sore itu aku yang bertugas membawa tempat hasil dan mengawasi kalau jala tersangkut kayu atau semacamnya. Tugas ini lumayan mendebarkan, posisiku berada di tengah laut dengan kedalam sekitar sepinggang orang dewasa. Ada sebuah alat lagi yang digunakan untuk menangkap udang baik di sungai ataupun laut. Dalam bahasa lokalnya disebut "nyondong". Alat berupa kayu yang diikatkan jala pada tepinannya.
Alat ini difungsikan olah satu orang saja. "Nyondong" berarti mendorong, jadi aplikasinya mendorong hingga dasar air kemudian mengangkatnya keatas untuk melihat hasil tangkapan.

Lanjut kecerita nginso tadi, ini pengalaman pertana aku untuk terjun ke laut untuk menangkap udang. Laut di sini pinggirannya bukan pantai, melainkan lumpur. Salah-salah bisa terinjak blangkas yaitu kepiting tapal kuda.


Hewan ini termasuk salah satu hewan purba yang saat ini masih bertahan di muka bumi. Iseng aja aku bawa pulang blangkas yang lagi kawin, buat pajangan di kamar setelah dikeringkan.

Lanjut ke proses nginso tadi, aku mengikuti pergerakan jala yang ditarik ke tengah laut sepanjang jala yang dibentangkan. Dari ujung ke ujung aku memperhatikan jalannya pergerakan jala. Ada kalanya jala tersangkut dan aku memperbaikinya. Kemudian berjalan lagi menyusuri kedua ujung jala. Bagiku ini adalah petualangan yang seru.

Setelah kira-kira belasan meter berjalan menyusuri tepianl laut, Saatnya jala ditarik ke pantai. Proses ini sangat melelahkan, yaitu menarik puluhan meter panjang jala, Ditambah lagi oleh lumpur yang memberatkan dan sampah-sampah seperti kayu dan sebagainya.

Tarikan pertama memang begitu berat, tapi imbalannya kami mengumpulkan sekitar 3 kiloan udang putih dan puluhan ikan-ikan laut yang bermain di tepian laut. Ikan-ikan ini berukuran kira-kira sejengkal orang dewasa.

Begitu semangat pada tarikan pertama ini membuat kami bertambah semangat untuk berjalan membentangkan jala sejauh yang kami sanggup. Hingga akhirnya kami selesai sebelum maghrib. Lucky day, ini kata yang tepat. Kami mengumpulkan hasil tangkapan dalam sebuah baskom besar. Terlihat menggunung, udang bercampur ikan, dihiasi kepiting diatas tumpukannya yang bebrapa ekor ikut tertangkap jala kami.

Kini saatnya hasil tangkapan ditimbang lalu dibagi sama rata. Aku kagum bercampur senang setelah melihat angka yang tertera 37 KG. Dengan bangga aku membawa pulang hasil tangkapan kerumah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar